Tema
: Tanggung Jawab
Istri Terhadap Suami
Acara
: Hati ke hati
bersama mama dedeh
Tempat
: ANTV
Waktu
dan Tanggal : 20-09-2012, Kamis jam
06.30 WIB
Penceramah
: Mama Dedeh
Tanggung
Jawab Istri Terhadap Suami
Didalam rumah tangga, suami memang
memiliki kedudukan yang tertinggi. Suami bertanggung jawab terhadap
keluarganya. Baik itu memberikan nafkah ataupun menjaga keluarganya dari bahaya.
Tapi didalam rumah tangga bukan hanya suami yang memiliki tanggung jawab yang
besar melainkan pula seorang istri yang hampir sama memiliki tanggung jawab
terhadap suaminya.
Allah Taala berfirman yang bermaksud:
"Kaum laki-laki itu pemimpin wanita. Karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) alas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan harta mereka. Maka wanita yang solehah ialah mereka yang taat kepada Allah dan memelihara diri ketika suaminya tidak ada menurut apa yang Allah kehendaki. "
"Wanita-wanita yang kamu kuatirkan akan durhaka padamu, maka nasehatilah mereka (didiklah) mereka. Dan pisahkanlah dari tempat tidur mereka (jangan disetubuhi) dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu bersikap curang. Sesungguhnya Allah itu Maha Tinggi lagi Maha Besar." (An Nisa : 34)
Hukum Islam menjadikan kewajiban isteri terhadap suami
sebanding dengan hak yang diterimanya. Untuk mengimbangi hak-hak isteri yang
diterima dari suami, baik yang bersifat materiil maupun immaterial, sudah
seharusnya isteri mengimbanginya dengan kewajiban yang seimbang pula.
Menurut ketentuan hukum Islam kewajiban isteri terhadap suami berupa
kewajiban immaterial.
Tanggung jawab seorang istri
terhadap suaminya yaitu selalu bisa memberikan perhatian kepada suami dengan
kelembutan. Lalu memberikan atau menyiapkan berbagai kebutuhan suaminya, serta
sebagai pengatur urusan di dalam rumah tangga. Dari sinilah kita bisa menilai
istri yang shalihah. Sifat istri yang shaliha bisa kita rinci berdasarkan
dalil-dalilnya yaitu :
1. Penuh
kasih sayang
2. Selalu
kembali kepada suaminya
3. Mencari
maaf kepada suami
4.
Patuh
dan setia kepada suami. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam an-Nisa’: 34:
فالصالحت قانتات حافظات للغيب بما حفظ اللهُ ...
Bentuk
kalam dalam firman Alah di atas adalah jumlah khabariyah tetapi
maksudnya perintah (amr) kepada isteri agar mentaati dan mematuhi
suaminya, menjaga harta suami dan menjaga dirinya diketika suami sedang
bepergian.
Dalam
salah satu hadis disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda:
خَيْرُ
النّاسِ مَنْ إِذَا نَظَرَتْ إِلَيْهَا سَرَّتْكَ وَإِذَا اَمَرْتَهَا اَطَاعَتْكَ
وَإِذَا غِبْتَ عَنْهَا حَفِظَتْكَ فِى نَفْسِهَا وَمَالِكَ (رواه ابوداود)
“Sebaik-baik isteri ialah apabila engkau
memandangnya menggembirakan, aitu menyamai pahalanya pabila engkau menyuruhnya menta’atimu,
dan apabila apabila engkau bepergian ia memelihara dirinya dan hartamu”.
Terhadap utusan wanita yang iri
terhadap pahala orang laki-laki yang berjihad di jalan Allah, Rasulullah saw
menyatakan bahwa menta’ati suami dan mengakui hak-haknya adalah mengimbangi
pahala jihad di jalan Allah. Rasulullah saw bersabda:
أَبْلِغِى مَنْ لَقَيْتِ مِنَ النِّسَاءِ أَنَّ طَاعَةَ الزَّوْجِ
وَاعْتِرَافًا بِحَقِّهِ يَعْدِلُ ذَلِكَ وَقَليْلٌ مِنْكُنَّ مَنْ يَفْعَلُهُ
“Sampaikan kepada wanita yang engkau temui
bahwa patuh kepada suami dan mengakui haknya itu menyerupai pahalanya yang
demikian itu (berjihad di jalan Allah) saying hanya sedikit dari kalian yang
melakukannya”
5.
Mengakui
dan menghargai kepemimpinan suami dalam rumah tangga. Isteri. Hal ini didasarkan
kepada firman Allah swt dalam surat an-Nisa’ ayat 34:
الرجال
قوّمون على النّساء بما فضّل الله بعضهم على بعض وبما انفقوا من اموالهم ...
(النساء: 34)
Isteri
mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya, tetapi tidak berarti hak-hak isteri dan kedudukannya
sama persis dengan suami, isteri wajib mengakui bahwa suami satu derajat lebih
tinggi dan lebih berat tanggung jawabnya.
ولهنّ
مثل الذى عليهنّ بالمعروف وللرّجال عليهنّ درجة (البقرة: 228)
“Dan wanita (isteri)
mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut yang ma’ruf akan tetapi
para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan dari isterinya”.
Kelebihan
satu tingkat itu karena suami bertanggungjawab terhadap keselamatan dan
kesejahteraan rumah tangga dan suami berkewajiban member nafkah .
6.
Mengikuti
tempat tinggal suami atau tempat tinggal yang ditunjuk suami. Suami
berkewajiban menyediakan tempat tinggal.
اسكنوهن
من حيث سكنتممن
وجدكم
ولا تظآروهن لتضيقوعليهن ... (الطلاق: 6)
Oleh karena itu
apabila suami sudah menyediakannya maka isteri wajib mengikutinya selama tidak
ada uzur yang menghalanginya.
7. Mengatur dan menyusun rumah tangga
8.
Berlaku sederhana, hemat, dan pandai menyimpan
9.
Menghormati orang tua dan keluarga suami
Nabi SAW
bersabda:
Yang bermaksud:
"Apabila seorang isteri telah mendirikan sholat lima waktu dan berpuasa bulan Ramadhan dan memelihara kehormatannya dan mentaati suaminya, maka diucapkan kepadanya: Masuklah Surga dari pintu surga mana saja yang kamu kehendaki."
(Riwayat Ahmad dan Thabrani)
"Apabila seorang isteri telah mendirikan sholat lima waktu dan berpuasa bulan Ramadhan dan memelihara kehormatannya dan mentaati suaminya, maka diucapkan kepadanya: Masuklah Surga dari pintu surga mana saja yang kamu kehendaki."
(Riwayat Ahmad dan Thabrani)
Jika
3 hal ini bisa dilaksanakan dengan baik oleh para istri maka niscaya istri
tersebut akan dibukakan pintu surga selebar-lebarnya.
Rasulullah Shalallahu alaihi
wassalam bersabda : Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian
penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali
kepada suaminya. Dimana jika suaminya marah, dia mendatanginya dan meletakkan
tangannya pada tangan suaminya seraya berkata : aku tidak dapat tidur sebelum
engkau ridho.
Tema :
Beramal Karena Allah
Khotib :
Misbakhul Munir
Tempat :
Masjid Al irsyad, dusun kaliasin II, Merak batin, Natar
Waktu :
Jum’at, 21-09-2012
Beramal Karena ALLAH
Dalam
Beramal kepada Allah swt kita dituntut untuk memiliki keikhlasan. Keikhlasan
kita dalam beramal salah satunya akan diuji oleh Allah lewat perjalanan waktu.
Sepanjang hidup kita adalah ujian dari Allah swt. Baik ujian yang berupa
kesnangan ataupun kesusahan. Begitu juga dalam hal ini adalah ketegaran kita
untuk menegakkan kalimat Allah swt dimuka bumi amat sangat diuji.
Jalan
ini bukan jalan pendek yang mudah ditempuh, jalan ini juga bukan jalan yang
tidak bisa dilaui tapi justru jalan yang seharusnya dijadikan
sebagai pilihan dalam hidup dengan cara ikhlas menghadapinya dan beramal karena
Allah SWT.
Bagaimana
ikhlas beramal karena Allah.
1. Beramal
karena Mahabbah (cinta) kepada-Nya
2. Karena
syukur atas berbagai nikmat-Nya yang tak terhingga.
3. Karena
sami’na wa atha’na (taat) pada syariah-Nya
4. Karena
raja’ (pamrih) pada rahmat dan janji imbalan-Nya
5. Karena
Khauf (takut) akan ancamannya dan pembalasan adil-Nya.
Maka
dengan motivasi diantara kelimanya,berarti seseorang telah ikhlas karena Allah
dalam amalnya.
Perlu
dipahami bahwa, sebagai dasar dan landasan keikhlasan, kelima factor yang
disebutkan itu secara umum berada pada tataran dan peringkat yang sama. Oleh
karena itu tidak tepat jika kita mempertentangkan, memperbedakan, atau
memperbandingkan antara satu dengan yang lainnya, karena semua adalah
berdasarkan perintah Allah dan menurut tuntunan contoh sunnah rasulullah saw.
Sehingga
pada dasarnya, tidak ada salah satu diantara kelima factor itu yng secara
mutlak lebih atau paling tinggi daripada yang lainnya sebagai penentu tingkat
atau penunjuk derajat keikhlasan dalam beramal.
Jika amal kita karena Allah, Insya
Allah perubahan apapun yang dihadapi dalam hidup tidak menjadi penghalang untuk
senantiasa beramal sebagaimana aturan-aturan Allah. Karena Allah akan
senantiasa ada dan menjadi sanksi. Tidak pernah sedikitpun meninggalkan kita
ketika kapanpun dimanapun dan dalam kondisi apapun.
Untuk itu beramal lah bukan karena
kebiasaaan tapi membiasakan apa yang memang sesuai dengan aturan Allah untuk
dijalani dan dilakukan semata-mata untuk mengharapkan keRidhoannya.
Seperti Rasulullah SAW
yang di siang malamnya dia gunakan untuk mengabdikan hidup beliau menjalankan
apa yang diwahyukan Allah kepadanya. Tak henti-hentinya ujian datang dalam
hidupnya, termasuk juga dalam memperjuangkan dakwah Islam. Beliau yang sudah
dijanjikan syurga oleh Allah, tak sedikitpun mengganggap itu suatu pembebasan
bagi dirinya untuk lepas dari penjalanan perintah-perintah
Allah. Subhanallah.... bagaimana dengan kita yang belum ada jaminan
bagaimana hidup kita di akhirat kelak?
Dengan jaminan yang
diberikan oleh Allah, rasa syukur Rasulullah justru semakin bertambah, dan
ketegarannya dalam mengahadapi beratnya ujian hidup semakin tampak dikala
dakwah beliau menghadapi berbagai tantangan dari kaum kafir dan penentang agama
Allah. Dengan keikhlasan beliau dalam beramal karena Allah dan keyakinan akan
kebenaran risalah yang dibawanya, wahyu Allah yang berupa Al Qur'an, beliau
mampu melewati panjangnya jalan kehidupan yang harus beliau tempuh, hingga
dakwah Islam dimenangkan oleh Allah. Saat itulah perubahan drastis pada kondisi
umat terjadi, dari kondisi jahiliah menuju kemuliaan. kesejahteraan hidup
terjamin dengan diterapkannya aturan Islam secara menyeluruh dalam setiap aspek
kehidupan. Begitu juga dakwah Islam tersebar luas tidak hanya di jazirah
Arab tapi juga diseluruh penjuru dunia sebagaimana Islam yang telah sampai
kepada kita.
Alhamdulillah…. Segala puji bagi
Allah ketika kita telah memilih untuk menjadi bagian dari orang-orang yang mengikuti
seruan Rasulullah SAW untuk menempuh jalan kebenaran yang telah ditunjukkan
oleh Allah SWT. Namun, perlu kita sadari bahwa tidaklah cukup dengan hanya
berdiam diri mempertahankan apa yang telah didapatkan. Perubahan dalam hidup
adalah suatu kepastian. Kita akan dirubah oleh kehidupan atau kita yang akan
memberikan perubahan bagi kehidupan agar berjalan sebagaimana yang telah Allah
gariskan. Ketika kita tidak mengupayakan perubahan yang lebih baik dalam hidup,
baik untuk diri sendiri maupun kemaslahatan ummat, maka yang ada adalah kita
menjadi bagian dari orang-orang yang menjalani kehidupan secara linier, stagnan atau
bahkan mengalami kemunduran.
Untuk itu, jangan
hanya berdiam di satu titik kehidupan adalah suatu modal untuk melakukan
perubahan! Potensikan apa yang telah dikaruniakan Allah SWT untuk berfikir dan
beramal pada perubahan yang lebih baik dan lebih baik lagi di mata Allah. Upaya
kita untuk melakukan perubahan yang lebih baik di mata Allah masih terbuka di
hadapan kita selama kesempatan hidup ini masih diberikan oleh Allah, yaitu
sebelum ajal menjemput.
Sadari bahwa tidak ada
yang menjamin eksistensi keimanan dalam diri kita. Ujian dengan berbagai
bentuknya akan senantiasa diberikan Allah SWT untuk menjadikan kita sebagai
hambanya yang benar-benar mengiklaskan diri beramal karena-Nya dan menjadikan
apa yang dibawa oleh Rasulullah sebagai standar dari setiap aktivitas yang
dilakukan. Cukuplah Allah sebagai saksi dalam setiap amal yang kita lakukan dan
hanya Dia yang kita cari ridha’nya. Semoga keimanan yang bersemayam dalam diri
kita senantiasa mengakar kuat hingga akhir menutup mata. Amiin…
“Dan bersabarlah kamu
bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari
dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka
(karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu
mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta
menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al Kahfi
18: 28)
Tema
: Pahala yang Selalu Mengalir
Sumber
: Radio Republik
Indonesia Bandar Lampung 2012 90.9 FM
Waktu
: 27
September 2012, pukul 05.15 WIB
Pahala
yang Selalu Mengalir
Kehidupan didunia ini hanya
sementara, setiap makhluk yang hidup pasti mengalami kematian, dan mati
merupakan awal dari kehidupan yang baru. Oleh karena ituuntuk kehidupan yang
baru nantinya kita mesti memiliki modal. Modal disini dapat diartikan sebagai
amalan atau pahala kita saat kita masih hidup didunia. Jadi bahagia atau
tidaknya dikehidupan setelah mati tergantung pada amalan atau pahala kita saat
kita hidup didunia.
Ada
beberapa amalan atau pahala yang terus mengalir pahalanya, walaupun
orang yang melakukan amalan tersebut sudah wafat. Inilah yang disebut dengan
amalan jariyah. Amalan tersebut terus memproduksi pahala yang terus mengalir
kepadanya.
Ada beberapa macam amal yang
tergolong amal jariyah yaitu :
1. Menyebar
luaskan ilmu yang bermanfaat
Ilmu
adalah salah satu kunci dan bekal seseorang untuk mencapai kebenaran serta
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Oleh sebab itu setiap muslim diwajibkan
menuntut ilmu untuk selanjutnya ilmu itu diamalkan demi tegaknya Al Haq
(kebenaran). Ilmu merupakan bekal untuk mencapai kebenaran dan kebahagiaan kita
baik didunia dan untuk diakhirat kelak. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang
diajarkan dengan terus menerus dan disebarkan dengan orang lain untuk
diamalkan. Contohnya ceramah, dakwah, dan sebagainya.
Salah
satu cara mengamalkan ilmu adalah dengan mengajarkannya pada orang lain
sehingga orang lain dengan memahami dan mengamalkan yang kita peroleh. Nabi SAW
bersabda:
"Sebaik-baik
kalian adalah orang yang belajar dan mengajarkannya" (HR. Muslim).
Ilmu
itu hendaklah seperti air, ia selalu mengalir dan membersihkan yang kotor serta
menyuburkan tanah yang tandus. Dengan mengajarkan ilmu diharapkan orang yang
diajarkannya dapat menghilangkan sifat-sifat yang buruk dan menumbuhkan
sifat-sifat yang baik. Oleh sebab itu belajar dan mengajar dalam ajaran Islam
mendapat keutamaan sendiri. Tapi bila seseorang tidak memanfaatkan ilmunya
untuk kebaikan, maka Allah menyediakan siksa
untuknya.
Nabi SAW, bersabda;
"Seberat-berat
siksaan atas manusia pada hari kiamat adalah orang alim yang tidak mengajarkan
ilmunya." (HR Thabrani).
Karena
orang yang tidak memanfaatkan ilmunya akan diazab Allah, kita juga jangan
berpendapat; "kalau begitu lebih baik saya tidak punya ilmu saja dari pada
tidak memanfaatkan". Padahal Allah justru akan mengazab orang-orang yang
tidak mau tahu atau tidak mau menuntut ilmu.
2. Anak
yang soleh
Setiap
orang tua selalu mendidik anaknya agar menjadi anak yang saleh. Anak yang saleh
akan selalu berbuat kebaikan didunia. Kebaikan yang diperbuat anak yang saleh
pahalanya akan sampai kepada kedua orang tuanya walau orang tuanya telah wafat
tanpa mengurangi nilai atau pahala yang diterima oleh anak tersebut. Karena itu
pagi siang, sore dan malam kita selalu berdo'a agar Allah menganugerahi
keturunan yang shaleh. Namun dalam konsepsi Islam, anak yang shaleh itu bukan
sekedar didambakan dan meraihnya hanya dengan do'a.
Tapi
RasuluLlah pernah menegaskan:
"Didiklah
anak-anakmu dan perbagus adab mereka" (HR. Ibnu Majah)
Dengan
begitu, orang tua yang ingin anaknya shaleh, seharusnya dialah yang mendidiknya
secara langsung. Kalau kemudian ada lembaga pendidikan Islam. guru ngaji dan
sebagainya yang ikut serta mendidik sang anak, itu hanyalah pelengkap, maka
orang tua tidak boleh merasa kewajibannya mendidik anak telah gugur karena
telah menyekolahkan anaknya di sekolah Islam atau memanggil guru ngaji ke
rumah. Ini perlu dipertegas mengingat banyak orang tua yang berprinsip
demikian.
Persoalan
lain dalam hal pendidikan anak adalah, banyak orang tua yang seolah-olah
kehabisan cara menghadapi anak-anaknya. Karena itu, perlu kita simak petunjuk
Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya "Tarbiyatul Aulad Fil Islam".
Beliau menyebutkan lima metode dalam mendidik anak.
Pertama,
Mendidik
dengan keteladanan, dalam arti orang tua harus memberikan teladan atau contoh
yang baik kepada anak-anaknya, ini berarti, kalau orang tua ingin anaknya
menjadi shaleh, orang tuanyalah yang harus lebih dulu shaleh.
Kedua,
Mendidik
anak dengan pembiasaan yang baik, dalam arti orang tua harus menanamkan
kebiasaan-kebiasaan baik kepada anak-anaknya, orang tua tidak bisa pakai
prinsip, "ah nanti juga kalau sudah besar mereka tahu mana yang baik dan
mana yang tidak." Mungkin mereka bisa tahu mana yang baik dan mana yang
buruk, tapi mereka tidak mampu melaksanakan yang baik dan meninggalkan yang
tidak baik manakala tidak dibiasakan sejak kecil, inilah pentingnya membiasakan
hal-hal yang baik kepada anak sejak anak itu kecil.
Ketiga,
Mendidik
dengan mengajarkan ilmu pengetahuan dan dialog tentang berbagai persoalan.
Dalam hal ini amat penting orang tua mampu menanamkan pengertian kepada
anak-anaknya, dan dialog merupakan cara yang paling tepat, apalagi menghadapi
anak yang sudah memasuki usia remaja. Namun saying sekali, karena kesibukan
orang tua, justru suasana yang biologis kurang tercipta pada keluarga-keluarga
kita sekarang ini.
Keempat,
Mendidik
dengan memberikan pengawasan dan nasehat. Dalam era sekarang. Pengawasan dari
orang tua terhadap anak-anaknya sediperlukan, sehingga orang tua tahu
perkembangan jiwa atau kepribadian anaknya dari waktu kewaktu. Kalau orang tua
tahu perkembangan jiwa anaknya, maka ia tahu perkembangan jiwa anaknya, maka ia
tahu nasihat apa yang harus diberikan kepada mereka.
Kelima,
Mendidik
dengan memberikan hukuman, ini dilakukan bila cara-cara yang lemah lembut tidak
membuat si anak berubah ke arah yang lebih baik. Namun menghukum anak tidak
selalu dalam bentuk hukuman fisik, tapi lakukanlah dengan cara-cara yang
sifatnya edukatif (mendidik), misalnya biasanya si anak di beri uang jajan
sehari Rp. 500,- tapi karena si anak bagun tidurnya
kesiangan
dan tidak shalat shubuh, maka uang jajannya dipotong menjadi Rp. 250,- Tiap
orang tua tentu lebih tahu, hukuman apa yang lebih tepat untuk anak-anaknya.
Dengan
demikian, ternyata untuk meraik kebahagiaan di akhirat bukanlah persoalan
sederhana, karena itu diperlukan keseriusan dan kesungguhan menunjukan
identitas keislaman kita di manapun kita berada.
3. Membangun
Masjid
Orang
yang membangun masjid tersebut akan menerima pahala seperti pahala orang yang
berada dimasjid itu.
4. Mati
syahid
Mati
syahid adalah bila seseorang meninggal dalam perjuangan menegakkan agama islam
(ALLAH), Mati syahid. Mati syahid juga
berarti adalah kematian yang dicapai
tatkala seseorang tengah berjuang menegakan kalimat Allah. Begitu mulianya mati
syahid sehingga seorang mu'min yang sebenar-benarnya, di manapun ia berada
selalu mendambakannya. Para syuhada di dalam akhirat mendapatkan kenikmatan
yang luar biasa, mereka pasti meraih syurga yang dijanjikan Allah, sebagaimana
firman-Nya yang berbunyi:
"Sesungguhnya
Allah telah membeli dari orang-orang mu'min diri dan harta mereka dengan
memberikan syurga untuk mereka, mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka
membunuh atau terbunuh, itu telah menjadi janji yang benar dari Allah di dalam
Taurat, Injil dan Al Qur'an". (QS At-Taubah ayat 111).
Oleh
sebab itu setiap kita seharusnya tidak segan-segan berjuang di jalan Allah
untuk menegakkan kalimat-Nya. Manakala seorang punya kedudukan, kesempatan dan
kemampuan seharusnya dimanfaatkannya untuk itu. misalnya berperang dalam
kebajikan untuk mempertahankan agama Allah.
5. Sedekah
(Amal Jariyah)
Sedekah
yang diberikan secara ikhlas akan mendatangkan pahala yang berlipat ganda.
Memperbanyak harta merupakan salah satu kesenangan manusia, Allah memang
mempersilahkan manusia untuk mencari harta sebanyak mungkin, tapi dari sekian
banyak harta yang didapatkan, sebagai muslim kita berkewajiban mengeluarkan
sebagian kecilnya untuk kepentingan Islam serta ummatnya.
Kasadaran
ini harus terus dipupuk karena pembangunan Islam dan ummatnya tidak lepas dari
keterikatan pada dana yang didapat dari kesadaran bershadaqah. Oleh sebab itu
setiap muslim diwajibkan untuk mewujudkan kesadaran bershadaqah manakala ingin
meraih kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat. Tapi bila tetap
bermegah-megahan dengan harta dan tidak mau
menshadaqahkannya,
maka azab Allah menanti, sebagaimana firman-Nya:
"Kecelakaanlah
bagi setiap pengumpat dan pencela. Yang mengumpulkan harta dan menhitung-hitung.
Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya.Sekali-kali tidak !
Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan kedalam huthomah, Dan tahukah
kamu apa huthomah itu, (yaitu) api (yang disediakan) Allah, yang dinyalakan.
Yang (naik) sampai ke hati." (QS al Humazah: 1 - 7)
Bila
shadaqoh telah dikeluarkan, baik dalam bentuk uang maupun barang, maka orang
yang mengeluarkannya manakala betul-betul ikhlas akan meraih pahala, sebab uang
serta barangnya itu terus berguna bagi kepentingan Islam dan ummatnya.
6. Membangun
Rumah atau Pondokan
Bagi
orang-orang yang berpergian untuk kebaikan, setiap orang yang memanfaatkannya
baik untuk istirahat sebentar maupun untuk berpengalaman dan kegunaan lain yang
bukan untuk maksiat akan mengalirkan pahala kepada orang yang membangunnya.
Tema
: Anak adalah
segalanya
Acara
: Hati ke hati
bersama mama dedeh
Tempat
: ANTV
Waktu
dan Tanggal : 11 Oktober 2012, Kamis
jam 06.30 WIB
Penceramah
: Mama Dedeh
Anak
Adalah Segalanya
Sesungguhnya nikmat yang diberikan
Allah swt tidak terhitung. Dan diantara nikmat-nikmat yang sangat agung dan
mulia adalah nikmat anak. Allah swt berfirman : “Harta dan anak-anak adalah
perluasan kehidupan didunia”. Nikmat yang sangat agung ini adalah merupakan
satu amanah dan tanggung jawab bagi orang tua dan nantinya akan ditanyakan atau
dipertanggung jawabkan bagi orang tua dan nantinya akan ditanyakan atau
dipertanggung jawabkan tentang nikmat tersebut pada hari kiamat kelak.
Secara naluri orang tua dengan suka rela mau
mengorbankan segala sesuatu untuk memelihara dan membesarkan anak-anaknya dan
anak mendapatkan kenikmatan serta perlindungan sempurna dari kedua orang
tuanya.
Seorang anak selalu merepotkan dan menyita perhatian orang
tuanya dan tatkala menginjak masa tua mereka pun tetap berbahagia dengan
keadaan putra-putrinya, akan tetapi betapa cepat seorang anak melalai-kan semua
jasa-jasa orang tuanya, hanya disibukkan dengan isteri dan anak sehingga para
bapak tidak perlu lagi menasihati anak-anaknya hanya saja seorang anak harus
diingatkan dan digugah perasaannya atas kewajib-an mereka terhadap orang tuanya
yang sepanjang umurnya dengan berbagai kesulitan dihabiskan untuk mereka serta
mengorbankan segala yang ada demi kesenangan dan kebahagiaan mereka hingga
datang masa lelah dan letih.
Kebanyakan
anak-anak dizaman sekarang tidak bermoral hanya karena orang tuanya (mereka)
tidak peduli terhadap apa yang terjadi pada anak tersebut. Sehingga orang tua
tidak bisa mengambil manfaat dari anak dan anakpun tidak bisa atau tidak akan
memberikan manfaat kepad
Orang tua selalu berusaha memberikan yang terbaik
bagi putra-putrinya. Kenyataannya banyak orang tua yang melakukan kesalahan dalam mendidik putra-putrinya.a
orang tua saat mereka besar kelak.
Berikut ini adalah beberapa kesalahan yang
mungkin Anda tidak sadari terjadi dalam mendidik anak Anda :
1.
Kurang
Pengawasan
Menurut Professor Robert Billingham, Human Development and
Family Studies – Universitas Indiana, “Anak terlalu banyak bergaul dengan
lingkungan semu diluar keluarga, dan itu adalah tragedi yang seharusnya
diperhatikan oleh orang tua”. Nah sekarang tahu kan, bagaimana menyiasatinya,
misalnya bila anak Anda berada di penitipan atau sekolah, usahakan
mengunjunginya secara berkala dan tidak terencana. Bila pengawasan Anda jadi
berkurang, solusinya carilah tempat penitipan lainnya. Jangan biarkan anak Anda
berkelana sendirian. Anak Anda butuh perhatian.
2. Gagal Mendengarkan
Menurut psikolog Charles Fay, Ph.D. “Banyak orang tua
terlalu lelah memberikan perhatian – cenderung mengabaikan apa yang anak mereka
ungkapkan”, contohnya Aisyah pulang dengan mata yang lembam, umumnya orang tua
lantas langsung menanggapi hal tersebut secara berlebihan, menduga-duga si anak
terkena bola, atau berkelahi dengan temannya. Faktanya, orang tua tidak tahu
apa yang terjadi hingga anak sendirilah yang menceritakannya.
3. Jarang Bertemu Muka
Menurut Billingham, orang tua seharusnya membiarkan anak
melakukan kesalahan, biarkan anak belajar dari kesalahan agar tidak terulang
kesalahan yang sama. Bantulah anak untuk mengatasi masalahnya sendiri, tetapi
jangan mengambil keuntungan demi kepentingan Anda.
4. Terlalu Berlebihan
Menurut Judy Haire, “banyak orang tua menghabiskan 100 km
per jam mengeringkan rambut, dari pada meluangkan 1 jam bersama anak mereka”.
Anak perlu waktu sendiri untuk merasakan kebosanan, sebab hal itu akan memacu
anak memunculkan kreatifitas tumbuh.
5. Bertengkar Dihadapan Anak
Menurut psikiater Sara B. Miller, Ph.D., perilaku yang
paling berpengaruh merusak adalah “bertengkar” dihadapan anak. Saat orang tua
bertengkar didepan anak mereka, khususnya anak lelaki, maka hasilnya adalah
seorang calon pria dewasa yang tidak sensitif yang tidak dapat berhubungan
dengan wanita secara sehat. Orang tua seharusnya menghangatkan diskusi diantara
mereka, tanpa anak-anak disekitar mereka. Wajar saja bila orang tua berbeda
pendapat tetapi usahakan tanpa amarah. Jangan ciptakan perasaan tidak aman dan
ketakutan pada anak.
6. Tidak Konsisten
Anak perlu merasa bahwa orang tua mereka berperan. Jangan
biarkan mereka memohon dan merengek menjadi senjata yang ampuh untuk
mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang tua harus tegas dan berwibawa
dihadapan anak.
7. Mengabaikan Kata Hati
Menurut Lisa Balch, ibu dua orang anak, “lakukan saja
sesuai dengan kata hatimu dan biarkan mengalir tanpa mengabaikan juga
suara-suara disekitarnya yang melemahkan. Saya banyak belajar bahwa orang tua
seharusnya mempunyai kepekaan yang tajam tentang sesuatu”.
8. Terlalu Banyak Nonton TV
Menurut Neilsen Media Research, anak-anak Amerika yang
berusia 2-11 tahun menonton 3 jam dan 22 menit siaran TV sehari. Menonton
televisi akan membuat anak malas belajar. Orang tua cenderung membiarkan anak
berlama-lama didepan TV dibanding mengganggu aktifitas orang tua. Orang tua
sangat tidak mungkin dapat memfilter masuknya iklan negatif yang tidak
mendidik.
9. Segalanya Diukur Dengan Materi
Menurut Louis Hodgson, ibu 4 anak dan nenek 6 cucu, “anak
sekarang mempunyai banyak benda untuk dikoleksi”. Tidaklah salah memanjakan
anak dengan mainan dan liburan yang mewah. Tetapi yang seharusnya disadari
adalah anak Anda membutuhkan quality time bersama orang tua mereka. Mereka
cenderung ingin didengarkan dibandingkan diberi sesuatu dan diam.
10. Bersikap Berat Sebelah
Beberapa orang tua kadang lebih mendukung anak dan bersikap
memihak anak sambil menjelekkan pasangannya didepan anak. Mereka akan hilang
persepsi dan cenderung terpola untuk bersikap berat sebelah. Luangkan waktu
bersama anak minimal 10 menit disela kesibukan Anda. Dan pastikan anak tahu
saat bersama orang tua adalah waktu yang tidak dapat diinterupsi.
Inilah hal yang memungkinkan untuk anak bias bersikap yang
tidak baik kepada orang tua.
Landasan utama dalam pendidikan
anak-anak adalah menanamkan nilai-nilai ubudiyah (Peribadahan) kepada Allah swt
dalam hati mereka serta memelihara dan menjaganya dalam diri mereka. Dan juga
menanamkan nilai moral, akhlak dan kepribadian baik yang diridhoi Allah swt
agar anak tersebut menjadi anak yang soleh yang bisa membuat kedua orang tuanya
bangga, bahagia dan bisa memberikan amalan jariyah kepada kedua orang tuanya.
Jadi kedua orang tua harus mampu
menjadi teladan yang baik bagi anaknya. Karena teladan yang baik itu merupakan
(sarana) tarbiyah yang sangat penting. Anak-anaknya pasti akan mengikuti
kelakuan kedua orang tuanya.
Maka dari itu, sebagai orang tua
kita harus terus waspada jangan sampai anak kita sampai tersesat kejalan yang
salah yaitu kejalan kemungkaran. Jadilah anda sebagai teman bagi mereka dan
ajak mereka kejalan yang telah Allah ridhoi karena anak adalah segalanya bagi
kita.
Tema :
Orang tua diktator
Acara
: Hati ke hati
bersama mama dedeh
Tempat
: ANTV
Waktu
dan Tanggal : 18 Oktober 2012, Kamis
jam 06.30 WIB
Penceramah
: Mama Dedeh
Orang
Tua Diktator
Kediktatoran dalam keluarga bukanlah barang yang langka
terjadi. Banyak sekali kehancuran dalam keluarga seperti terjadi perceraian
atau anak-anak minggat dari rumah karena kediktatoran yang terjadi. Orang tua,
terutama Bapak sering merasa bahwa di rumah hanya katanya yang patut didengar.
Bila si Bapak mengatakan tidak, maka seisi rumah harus patuhnya. Meskipun
terkadang apa yang dilarang itu akan membawa kebaikan kepada keluarganya.
Tetapi karena sikap diktator itu maka semuanya merugi.
Semua orang tua pasti ingin selalu
memberikan yang terbaik untuk anaknya. Mereka juga pasti ingin memberikan
sesuatu dari hal kecil sampai hal besar untuk membuat buah hatinyabahagia.
Tetapi permasalahannya terkadang cara pandang orang tua dan anaknya berbeda.
Dan inilah yang menjadi awal konflik antara anak dan orang tua.
Banyak orang tua yang mempunyai
prinsip bahwa anak harus patuh setiap apa yang dianjurkan kedua orang tua.
Namun bagi anak, itu bukan merupakan anjuran melainkan keharusan (wajib) bagi
seorang anak. Jadi bagi orang tuanya anak tersebut wajib menjalankan semua apa
yang sudah diperintahkan oleh orang tuanya.
Salah satu penyebab
munculnya kediktatoran dalam keluarga adalah karena orang tua (bisa Bapak atau
Ibu) tidak mau mendengar penjelasan dari anggota keluarganya.Sebab banyak orang
tua yang merasa dirinya paling benar. Meskipun, dalam hal-hal tertentu orang
tua memang orang yang paling benar. Tetapi ada hal-hal lain yang terkadang
persepsi seperti itu salah.
Hanya saja karena tidak
mau mendengar penjelasan dari anggota keluarga terutama anak-anaknya maka kemudian
semuanya terjadi friksi yang melebar. Meskipun pada hal-hal tertentu anak-anak
atau anggota keluarga juga harus mau mendengar apa yang diingini oleh orang
tua. Sehingga tidak ada yang merasa paling benar. Dalam hal ini kuncinya adalah
komunikasi. Bila komunikasi dua arah tidak berjalan dengan baik maka itu adalah
bibit-bibit dari kemunculan kediktatoran dalam keluarga.
Selain kehancuran
keluarga, hal lain yang paling merugi akibat adanya kediktatoran adalah
munculnya sifat minder pada diri anak-anak. Anak yang sering tertekan dalam
keluarga biasanya sulit untuk berekspresi seperti anak-anak yang lain. Mereka
takut dan was-was apa yang dilakukannya itu salah dimata orang tuanya.
Selain sulit untuk
berekspresi juga mereka yang selalu hidup dalam tekanan adalah kebanyak kurang
mampu mengeluarkan pendapat baik di sekolah maupun ditempat-tempat
lain. Meskipun anak-anak itu pinter atau memiliki indeks prestasi yang
baik disekolah.
Contohnya yang sering kita dengar
adalah masalah perjodohan yang dilakukan orang tua. Orang tua apabila
menentukan jodoh kepada anaknya harus melihat dri bibit, bebet, bobotnya. Yang
artinya untuk memilih jodoh harus berdasarkan asal-usul, keturunan, juga
derajat keluarganya. Dengan harapan anaknya nanti tidak kecewa dikemudian hari.
Karena pernikahan hanya dilakukan sekali seumur hidup.
Dalam hal perjodohan ini masih
biasa. Yang leih parah apabila kedua orang tuanya masih mengatur kehidupan
anaknya walaupun anaknya tersebut sudah berumah tangga. Hal ini yang masih
sering terjadi dikehidupan sekarang. Tetapi bersikaplah demokratis sehingga
anak bisa mengutarakan alasan ketika dia menmutuskan untuk melakukan sesuatu
yang bertentangan dengan jalan pikiran anda sebagai orang tua.
Bila seorang anak sudah
sampai bersikap seperti maka ini sangat berbahaya terutama bagi perkembangan
dirinya. Bisa jadi itu akan terjadi sampai si anak dewasa. Akibatnya, jadilah
dia anak yang kuper. Hanya gara-gara orang tuanya berkelakuan diktator.
Orang tua harus
menyadari, bahwa meskipun anak-anaknya diberikan pendidikan yang luar biasa
bagusnya. Tetapi terkadang itu tidak akan pernah dapat mengali potensi anak
–anaknya secara maksimal. Sebab semua itu sangat tergantung terlebih dahulu
pada bagaimana pendidikan dalam keluarga.
Hal yang mungkin orang tua lupa adalah
menginginkan anaknya menjadi anak yang lebih baik, sisiplin, soleh, dll. Tetapi
orang tuanya tidak memberikan teladan yang baik. Jika ingin anak anda menjadi
anak yang baik yang selalu kalian inginkan maka jadilah anda figur orang tua
yang baik berika contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Karena fakta
membuktikan anak akan meniru apa yang dilakukan orang tuanya. Bukan yang
diucapkan orang tuanya. Jangan suka memerintah tetapi berikan contoh. Lakukan
hal ini dari dini ketika anak anda masih kecil.
Karena itu, maka
janganlah menjadi orang tua yang dictator. Terutama kepada Bapak-bapak, karena
yang sering berlaku diktator dalam keluarga adalah kaum bapak-bapak.Tidak akan
kurang sedikitpun bila sikap dictator harus disingkirkan dalam kelaurga. Sebab
banyak bukti, keluarga yang penuh rasa saling menghormati, terlihat kehidupan
mereka begitu indah. Banyak anak-anak yang selalu tertekan dalam kelurga
selalu mengimpikan situasi seperti itu.
Satu hal yang penting diingat terutama oleh
seorang Bapak bahwa jangan sampai seorang anak memberi stempel yang tidak
bagus kepada bapaknya sabagai Bapak Diktator.
Tema :
Syahadat
Khotib :
Hasan
Syukur
Tempat :
Masjid Nurul
Iman, Untung
Suropati, Bandar Lampung
Waktu :
Jum’at, 19
Oktober 2012
Syahadat
Bagi seorang muslim, tidak ada
kalimat yang lebih berharga selain kalimat syahadat. Tiap kali bertemu dengan
Allah kita kembali menegaskan komitmen untuk taat kepadanya melalui kalimat
syahadat ini. Kalimat inilah sebagai pintu menuju untuk masuk islam atau pintu
untuk mendapatkan kebahagiaan.
Syahadat sangat penting bagi seorang muslim.
Selain sebagi pintu masuk ajaran Islam, pemahaman seorang muslim sangat
tergantung pada seberapa dalam ia memahami makna syahadat. Dalam sejarah nabi
dan Rasul, syahadat inilah kalimat yang diperjuangkan dan kalimat inilah yang
menjadi penggerak dakwah para nabi dan rasul. Syahadat merupakan ruh, landasan,
dan inti dari semua ajaran Islam. Oleh sebab itu, sangat penting memahami
pentingnya syahadat bagi seorang muslim.
Ketika Rasulullah saw mulai
berdakwah, kalimat inilah pembuka syiar pertama. Ada 5 urgensi syahadat yaitu :
1. Sebagai
pintu gerbang masuk kedalam bangunan islam dengan menyatakan syahadat. Tanpa
mengucapkan kalimat syahadat maka amal baikyang dikerjakan bagaikan abu atau
fatamorgana yang terlihat tapi tidak ada.
- Sahnya iman seseorang adalah
dengan menyebutkan syahadatain
- Kesempurnaan iman seseorang
bergantung kepada pemahaman dan pengamalan syahadatain
- Syahadatain membedakan manusia
kepada muslim dan kafir
- Pada dasarnya setiap manusia
telah bersyahadat Rubbubiyah di alam arwah, tetapi ini saja belum cukup,
untuk menjadi muslim mereka harus bersyahadat Uluhiyah dan syahadat
Risalah di dunia.
2. Kalimat
syahadat merupakan inti ajaran islam. Pemahaman muslim terhadap islam
tergantung pada pemahamannya pada syahadat. Konsep ibadah, akhlak dan syariat
kesemuanya mengacu pada kalimat syahadat ini.
·
Ada 3 hal prinsip syahadatain:
1.
Pernyataan Laa ilaha-illallah merupakan penerimaan penghambaan
atau ibadah kepada Allah sahaja. Melaksanakan minhajillah merupakan ibadah
kepadaNya.
2.
Menyebut Muhammad Rasulullah adalah tauladan dalam mengikuti
MinhajilLah.
3.
Penghambaan kepada Allah meliputi seluruh aspek kehidupan.
Syahadatain mengatur hubungan manusia dengan Allah, dengan dirinya sendiri dan
dengan masyarakatnya.
3. Kalimat
syahadat merupakan landasan perubahan. Syahadat mampu merubah manusia dalam
aspek keyakinan, pemikiran atau pun jalan hidupnya. Perubahan ini menyangkut
seluruh aspek kehidupan manusia baik bagi dirinya maupun masyarakat.
- Syahadatain mampu merubah
manusia dalam aspek keyakinan, pemikiran, maupun jalan hidupnya. Perubahan
meliputi berbagai aspek kehidupan manusia secara individu atau masyarakat.
- Ada perbedaan penerimaan
syahadatain pada generasi pertama umat Muhammad dengan generasi sekarang.
Perbedaan tersebut disebabkan pemahaman terhadap makna syahadatain secara
bahasa dan pengertian, sikap konsisten terhadap syahadat tersebut dalam
pelaksanaan ketika menerima mahupun menolak.
- Umat terdahulu langsung berubah
ketika menerima syahadatain. Sehingga mereka yang tadinya bodoh menjadi
pandai, yang kufur menjadi beriman, yang bergelimang dalam maksiat menjadi
taqwa dan abid, yang sesat mendapat hidayah. Masyarakat yang tadinya
bermusuhan menjadi bersaudara di jalan Allah.
- Syahadatain dapat merubah
masyarakat dahulu maka syahadatain pun dapat merubah umat sekarang menjadi
baik.
4. Kalimat
syahadat merupakan inti atau harekat dakwah para rasul. Setiap rasul, dari nabi
adam as sampai nabi muhammad saw selalu membawa misi dakwah yang sama yaitu
syahadat.
- Setiap Rasul semenjak nabi Adam
AS hingga nabi besar Muhammad SAW membawa misi dakwahnya adalah syahadat
- Makna syahadat yang dibawa juga
sama yaitu Laa ilaaha ilallah
- Dakwah Rasul sentiasa membawa
umat kepada pengabdian Allah saja
5. Kalimat
syahadat memiliki keutamaan yang besar.
- Banyak pahala-pahala yang
diberikan oleh Allah dan dijanjikan oleh Nabi Muhammad saw.
- Ganjaran/Balasan dapat berupa
material ataupun moral. Misalnya kebahagiaan di dunia dan di akhirat,
rezeki yang halal dan keutamaan lainnya
- Keutamaan ini selalu dikaitkan
dengan aplikasi dan implikasi syahadat dalam kehidupan sehari-hari
Tema : Kunci kebahagiaan yang hakiki
Sumber : Radio Republik Indonesia Bandar Lampung 2012
90.9 FM
Waktu : 1 November 2012, pukul 05.15
WIB
Kunci
Kebahagiaan Yang Hakiki
Semua orang
didunia ini jelas ingin hidup bahagia baik didunia maupun diakhirat kelak. Tapi
sedikit yang berusaha melakukan sebab-sebab bagi tercapainya suatu kebahagiaan.
Dengan kata lain, mereka tak mau menyentuh kunci bahagia yang telah Allah
siapkan kepada kita.
Sesungguhnya kebahagiaan hidup dalam pandangan Islam tidak
berkutat pada sisi materi saja. Walaupun Islam mengakui kalau materi menjadi
bagian dari unsur kebahagiaan itu sendiri. Di mana dalam pandangan Islam,
masalah materi hanya sebagai sarana saja, bukan tujuan. Oleh karenanya, Islam
memberikan perhatian sangat besar pada unsur ma'nawi seperti memiliki iman dan
budi pekerti yang luhur sebagai cara mendapatkan kebahagiaan hidup. Hal telah ditunjukkan
oleh beberapa nash syar'i, seperti firman Allah:
وَالْأَنْعَامَ خَلَقَهَا لَكُمْ فِيهَا دِفْءٌ وَمَنَافِعُ
وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ وَلَكُمْ فِيهَا جَمَالٌ حِينَ تُرِيحُونَ وَحِينَ
تَسْرَحُونَ
"Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk
kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan
sebagiannya kamu makan. Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya,
ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke
tempat penggembalaan." (QS. An-Nakhl: 5-6)
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ
لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ
"Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan
perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan
(siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" (QS. Al-A'raf:
32)
Sabda Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, "Di antara unsur kebahagiaan anak Adam adalah
istri shalihah, tempat tinggal luas, dan tunggangan yang nyaman."
(HR. Ahmad)
Sesungguhnya ada
banyak sekali kunci bahagia yang seharusnya bias kita gunakan untuk hidup
didunia dan untuk diakhirat kelak. Kunci-kunci bahagianya yaitu :
1. Iman
kepada Allah dan beramal shaleh
Pengaruh iman dalam kehidupan sangat nyata sekali. Dengan beriman kita
akan memiliki suatu kepercayaan dan kita pula memiliki tujuan untuk hidup.
Dengan beramal shaleh kita akan menambahkan sifat kebahagiaan yang banyak.
Dengan beramal shaleh niscaya kita akan mendapatkan kebahagiaan. Ketentraman
dan sifat baik lainnya. Dengan
iman yang sempurna, bersih dari kotoran dosa,- maka dia akan merasakan
ketenangan hati dan ketentraman jiwa. Dia tidak akan galau dan penat dalam
menghadapi ujian hidup, sebaliknya dia ridha terhadap takdir Allah pada
dirinya. Sehingga dia akan bersyukur terhadap kebaikan dan bersabar atas bala'.
Ketundukan seorang mukmin kepada Allah
membimbing ruhaninya untuk lebih giat bekerja karena merasa hidupnya memiliki
makna dan tujuan yang berusaha diwujudkannya. Allah berfirman,
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ
أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
"Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampur adukkan iman mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah
orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat
petunjuk." (QS. Al An'aam: 82)
2. Beriman
Kepada Qadha dan Qadhar
Baik buruknya semua adalah datangnya dari Allah.
Ketahuilah bila ada musibah yang menimpa dirimu, maka itu bukanlah kesalahanmu,
dengan kata lain, kesalahan yang kamu lakukan tidak mesti menyebabkan musibah
bagi dirimu didunia karena semua telah ada dalam ketentuan Allah. Ridho dengan
bahagiaan rezeki dari Allah dan menerima berbagai kemungkinan yang telah
ditimpahkan Allah padanya. Maka, siapa saja yang tidak beriman pada qada dan
qadar ia pasti hancur.
3.
Faham
Ilmu Syariat
Para ulama yang mengenal Allah, merekalah orang-orang
yang berbahagia. Mereka tidak memikirkan kecuali tentang berbagai ilmu yang
diberikan Allah padanya.
4.
Banyak
berdzikir dan membaca Al-Qur’an
Allah berfirman : Ketahuilah dengan dzikir kepada Allah
akan tenanglah hati (Ar Rad : 28). Orang yang selalu berdzikir dan mengingat
Allah akan bahagia dan tenang hatinya.
Sesungguhnya keridhaan hamba tergantung pada
tempat bergantungnya. Dan Allah adalah Dzat yang paling membuat hati hamba
tentram dan dada menjadi lapang dengan mengingat-Nya. Karena kepada-Nya seorang
mukmin meminta bantuan untuk mendapatkan kebutuhan dan menghindarkan dari mara
bahaya. Karena itulah, syariat mengajarkan beberapa dzikir yang mengikat antara
seorang mukmin dengan Allah Ta'ala sesuai tempat dan waktu, yaitu ketika ada
sesuatu yang diharapkan atau ada sesuatu yang menghawatirkannya. Dzikir-dzikir
tadi mengikat seorang hamba dengan penciptanya sehingga dia akan mengembalikan
semua akibat kepada yang mentakdirkannya.
Berikut ini beberapa nash yang menunjukkan
hubungan dzikir dengan kebahagiaan seorang hamba.
- Firman Allah Ta'ala:
الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ
بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan
hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Al Ra'du: 28)
- Perintah Nabi shallallahu
'alaihi wasallam kepada
seorang muslim ketika menikah.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا
وَخَيْرَ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَمِنْ شَرِّ مَا
جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ
"Ya Allah, aku memohon kebaikannya
dan kebaikan tabi'at yang dia bawa, dan aku berlindung dari keburukannya dan
keburukan tabi'at yang dia bawa." (HR. Abu Daud no 2160, Ibnu Majah
no1918 dan al Hakim).
5.
Berbuat
baik kepada sesama manusia
Manusia adalah makhluk sosial yang harus
melakukan interaksi dengan makhluk sebangsanya. Dia tidak mungkin hidup sendiri
tanpa memerlukan orang lain dalam memenuhi seluruh kebutuhannya. Jika
bersosialisasi dengan mereka merupakan satu keharusan, sedangkan manusia
memiliki tabiat dan pemikiran yang bermacam-macam, maka mungkin sekali akan
terjadi kesalahpahaman dan kekhilafan yang membuatnya sedih. Jika tidak
disikapi dengan bijak maka interaksinya dengan manusia akan menjadi sebab
kesengsaraan dan membawa kesedihan dan kesusahan. Karena itulah, Islam
memberikan perhatian besar terhadap akhlak dan pembinaannya. Hal ini dapat kita
saksikan dalam beberapa ayat dan hadits berikut ini:
- Firman Allah dalam menyifati Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam,
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang agung." (QS. Al Qalam: 4)
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ
وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ
عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ
"Maka disebabkan rahmat dari
Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap
keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu." (QS. Ali Imran:
159)
- Perintah Allah kepada kaum mukminin agar tolong menolong
dalam kebaikan,
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى
وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran." (QS. Al Maidah: 2)
Ini adalah fakta, orang yang selalu berbuat baik kepada
manusia dialah orang yang paling berbahagia serta yang paling diterima hidupnya
diatas bumi.
Itu mungkin hanya beberapa kunci dari berbagai macam
kunci kebahagiaan yang bisa kita gunakan untuk membuat hidup kita didunia
menjadi bahagia. Mudah-mudahan kita mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya,
bukan angan-angan dan juga bukan sekedar pembicaraan.
Kebahagiaan yang paling ditekankan Islam adalah
kebahagiaan akhirat, namun bukan berarti kebahagiaan dunia ditelantarkan.
Tidak, bahkan kebahagiaan di dunia ini berusaha diwujudkan dalam bentuk yang
sebenarnya. Yakni dengan mengabdikan diri kepada Allah semata sebagai panggilan
dari fitrah diri manusia yang ia diciptakan di atasnya. Sehingga dengan itu
akan mendapat ketenangan dan ketentraman. Dan ini menjadi kunci utama
tercapainya kebahagiaan, sampaipun dalam musibah dan bencana. Ia jadikan
musibah tersebut menjadi ladang untuk mendapatkan keutamaan dan pahala besar
yang menjaminnya masuk dalam surga, yakni dengan sabar. Dan tidaklah seseorang
mendapatkan surga akhirat sebelum ia mendapatkan surga dunia dalam ibadahnya.
Wallahu Ta'ala a'lam.
Tema :
Cabang-Cabang Iman
Khotib :
Muis Imran
Tempat :
Masjid Nurul
Iman, Untung
Suropati, Bandar Lampung
Waktu :
Jum’at, 2 November 2012
Cabang-Cabang Iman
Iman
berarti kepercayaan. Iman bukan hanya berarti percaya melainkan keyakinan yang
mendorong seseorang muslim untuk berprilaku. Seseorang dinyatakan beriman bukan
hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan kepercayaan itu mendorongnya untuk
mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinan tersebut. Iman bukan
hanya dipercaya atau diucapkan melainkan bersatu secara utuh dalam diri
seseorang yang dibuktikan dalam perbuatannya.
Rasulullah
shallallahu alaihi wa salam bersabda : “Iman itu lebih dari enam puluh
cabang-cabang yang paling utama adalah ucapan. “Laa ilaaha ilallah” dan cabang
yang paling rendah adalah menyingkirkan kotoran dari jalan (Hr Muslim). Iman
memiliki cabang-cabang. Cabang-cabangnya ini adalah sebagai berikut :
1.
Amalan
Hati
Amalan hati adalah yang berupa i’tikad dan niat. Dan ia
terdiri dari empat sifat : iman kepada Allah masuk didalamnya iman kepada dzat
dan sifat-sifatnya serta pengesaan. Dan juga beritikad bahwa selainnya adalah
baru . Beriman kepada Allah, beriman kepada malaikat-malaikat,
kitab-kitab dan para rasul-Nya. Beriman kepada qadar (ketentuan) Allah, yang
baik mau-pun yang buruk. Beriman kepada hari Akhirat: Termasuk di
dalamnya pertanyaan di dalam kubur, kenikmatan dan adzab-Nya, kebangkitan dan
pengumpulan di Padang Mahsyar, hisab (perhitungan amal), mizan (tim-bangan
amal), shirath (titian di atas Neraka), Surga dan Neraka.
Kecintaan kepada
Allah, cinta dan marah karena Allah. Kecintaan kepada Nabi Shallallaahu alaihi
wa salam dan yakin atas keagungan beliau, termasuk di dalamnya bershalawat atas
Nabi Shallallaahu 'alaihi wa salam dan mengikuti sunnahnya.
Ikhlas, termasuk di
dalamnya meninggalkan riya dan nifaq. Taubat dan takut, berharap, syukur dan
menepati janji, sabar, ridha dengan qadha dan qadhar, tawakkal, kasih sayang
dan tawadhu (rendah hati), termasuk di dalamnya menghormati yang tua, mengasihi
yang kecil, meninggalkan sifat sombong dan bangga diri, meninggalkan dengki,
iri hati dan emosi.
2.
Perbuatan
lisan
Ia terdiri dari 7 cabang : mengucapkan kalimat tauhid, yaitu
bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa muhammad adalah utusan
Allah. Membaca Al-Qur’an. Belajar ilmu mengajarkannya, berdoa dan berdzikir termasuk
didalamnya.
3.
Amalan
Badan
Ia terdiri dari 40 cabang contohnya yang berkaitan dengan
materi, yang berkaitan dengan nafsu dan yang berkaitan dengan hal-hal umum
lain.
a.
Yang berkaitan dengan materi
Bersuci
baik secara lahiriyah maupun hukumiah: termasuk di dalamnya menjauhi
barang-barang najis, menutup aurat, shalat fardhu dan sunnat, zakat,
memerdekakan budak.
Dermawan:
termasuk di dalamnya memberikan makan orang lain, memuliakan tamu. Puasa baik
fardhu maupun sunnat, i'tikaf, mencari lailatul qadar, haji, umrah dan thawaf.
Lari
dari musuh untuk mempertahankan agama: termasuk di dalamnya hijrah dari negeri
musyrik ke negeri iman. Memenuhi nadzar, berhati-hati dalam soal sumpah (yakni
bersumpah dengan nama Allah secara jujur, hanya ketika sangat membutuhkan hal
itu), memenuhi kaffarat (denda), misalnya kaffarat sumpah, kaffarat hubungan
suami-istri di bulan Ramadhan.
b.
Yang berkaitan dengan nafsu
Ia terdiri dari enam
cabang: menjaga diri dari perbuatan maksiat (zina) dengan menikah, memenuhi
hak-hak keluarga, berbakti kepada kedua orang tua: termasuk di dalamnya tidak
mendurhakainya, mendidik anak.
Silaturahmi,
taat kepada penguasa (dalam hal-hal yang tidak merupakan maksiat kepada Allah),
dan kasih sayang kepada hamba sahaya.
c.
Yang berkaitan dengan hal-hal umum
Ia
terdiri dari tujuh belas cabang: menegakkan kepemimpinan
secara adil, mengikuti jamaah, taat kepada ulil amri, melakukan ishlah
(perbaikan dan perdamaian) di antara manusia termasuk di dalamnya memerangi
orang-orang Khawarij dan para pemberontak. Tolong-menolong dalam kebaikan dan
ketaqwaan, termasuk di dalam-nya amar ma'ruf nahi munkar (memerintahkan
kebaikan dan melarang dari kemungkaran), melaksanakan hudud (hukuman-hukuman
yang telah ditetapkan Allah).
Jihad,
termasuk di dalamnya menjaga wilayah Islam dari serangan musuh, melaksanakan
amanat, di antaranya merealisasikan pembagian seperlima dari rampasan perang:
Utang dan pembayaran, memuliakan tetangga, bergaul secara baik, termasuk di
dalamnya mencari harta secara halal. Menginfakkan harta pada yang berhak,
termasuk di dalamnya meninggalkan sikap boros dan foya-foya. Men-jawab salam,
mendo'akan orang bersin yang mengucapkan alham-dulillah, mencegah diri dari
menimpakan bahaya kepada manusia, menjauhi perkara yang tidak bermanfaat serta
menyingkirkan kotoran yang mengganggu manusia dari jalan.
Hadits di muka menunjukkan, bahwa tauhid
(kalimat laa ilaaha illallah) adalah cabang iman yang paling tinggi dan paling
utama. Oleh karena itu, para da'i hendaknya memulai dakwahnya dari cabang iman
yang paling utama, kemudian baru cabang-cabang lain yang ada di bawahnya.
Dengan kata lain, membangun fondasi terlebih dahulu (tauhid), sebelum
mendirikan bangunan (cabang-cabang iman yang lain). Mendahulukan hal yang
terpenting,
kemudian disusul hal-hal yang penting.
Tauhid adalah yang mempersatukan bangsa Arab dan bangsa asing lainnya atas dasar Islam. Dari persatuan itu, tegaklah daulah islamiyah sebagai daulah tauhid.
Tauhid adalah yang mempersatukan bangsa Arab dan bangsa asing lainnya atas dasar Islam. Dari persatuan itu, tegaklah daulah islamiyah sebagai daulah tauhid.
Tema :
Saat Musibah Datang Menimpa
Khotib :
Wahyu Husein
Tempat :
Masjid Nurul
Iman, Untung
Suropati, Bandar Lampung
Waktu :
Jum’at, 9 November 2012
Saat Musibah Datang Menimpa
Musibah
demi musibah datang silih berganti, terkadang berupa kemarau panjang, angin
ribut, banjir, gempa dan lain-lain. Namun sangat disayangkan manusia memandang
hal tersebut dengan sebelah mata, mereka mengira musibah itu hanyalah bencana
alam biasa.
Akhir-akhir ini banyak
terjadi bencana yang datang silih berganti. Tsunami, gempa, badai dan banjir
menyerang manusia. Kejadian ini menjadikan sebagian mereka berburuk sangka
terhadap Allah karena telah menurunkan bencana.
Namun orang-orang yang
beriman menganggap bahwa bencana itu merupakan ujian dari Allah semata. Memang,
bencana pada dasarnya memiliki dua alternatif. Pertama, ujian keimanan bagi
kaum Mukminin sebagaimana Firman Allah, Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat
luka, maka sesung-guhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka
yang serupa.
Mereka
tidak melihat dibalik semua itu dan tanpa menjadikannya sebagai pelajaran,
sehingga musibah saja tetap berada diatas maksiat dan penyimpangan. Padahal,
musibah yang menimpa manusia adalah karena maksiat yang dijalankannya. Karena
mengingatkan perintah Allah dan beralih menjalankan atau mengerjakan
larangan-larangannya dan melanggar batasan-batasannya.
Jika seorang hamba
benar-benar menyadari bahwa dirinya adalah milik Allah subhanahu wata’ala dan akan kembali kepada-Nya maka dia
akan terhibur tatkala tertimpa musibah. Kalimat istirja' ini merupakan
penyembuh dan obat paling mujarab bagi orang yang sedang tertimpa musibah. Dia
memberikan manfaat baik dalam waktu dekat maupun di waktu yang akan datang.
Kalimat tersebut memuat dua prinsip yang sangat agung. Jika seseorang mampu
merealisasikan dan memahami keduanya maka dia akan terhibur dalam setiap
musibah yang menimpanya.
Dua prinsip tersebut adalah :
Pertama; Bahwasanya manusia, keluarga dan harta
pada hakikatnya adalah milik Allah subhanahu
wata’ala. Dia bagi manusia tidak lebih hanya sebagai pinjaman atau titipan,
sehingga jika Allah subhanahu
wata’ala mengambilnya dari
seseorang maka ia ibarat seorang pemilik barang yang sedang mengambilnya dari
si peminjam. Demikian juga manusia diliputi oleh ketidak punyaan, sebelumnya
(ketika lahir) dia tidak memiliki apa-apa dan setelahnya (ketika mati) ia pun
tidak memiliki apa-apa lagi.
Dan segala sesuatu yang dimiliki oleh seorang hamba tidak lebih hanya seperti barang pinjaman dan titipan yang bersifat sementara. Seorang hamba juga bukanlah yang telah menjadikan dirinya memiliki sesuatu setelah sebelumnya tidak punya. Dan diapun bukanlah menjadi penjaga terhadap segala miliknya dari kebinasaan dan kelenyapan, dia tak mampu untuk menjadikan miliknya tetap terus abadi. Apapun usaha seorang hamba tidak akan mampu untuk menjadikan miliknya kekal abadi, tidak akan mampu menjadikan dirinya sebagai pemilik hakiki.
Dan juga seseorang itu harus membelanjakan miliknya berdasarkan perintah pemiliknya, memperhatikan apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang. Dia membelanjakan bukan sebagai pemilik, karean Allah-lah Sang Pemilik, maka tidak boleh baginya membelanjakan titipan itu kecuali dalam hal-hal yang sesuai dengan kehendak Pemilik Yang Hakiki.
Ke dua; Bahwa kesudahan dan tempat kembali seorang hamba adalah kepada Allah Pemilik yang Haq. Dan seseorang sudah pasti akan meninggalkan dunia ini lalu menghadap Allah subhanahu wata’ala sendiri-sendiri sebagaimana ketika diciptakan pertama kali, tidak memiliki harta, tidak membawa keluarga dan anak istri. Akan tetapi manusia menghadap Allah dengan membawa amal kebaikan dan keburukan.
Jika awal mula dan kesudahan seorang hamba adalah demikian maka bagaimana dia akan berbangga-bangga dengan apa yang dia miliki atau berputus asa dari apa yang tidak dimilikinya. Maka memikirkan bagaimana awal dirinya dan bagaimana kesudahannya nanti adalah merupakan obat paling manjur untuk mengobati sakit dan kesedihan. Demikian juga dengan mengetahui secara yakin bahwa apa yang akan menimpanya pasti tidak akan meleset atau luput dan begitu juga sebaliknya.
Dan segala sesuatu yang dimiliki oleh seorang hamba tidak lebih hanya seperti barang pinjaman dan titipan yang bersifat sementara. Seorang hamba juga bukanlah yang telah menjadikan dirinya memiliki sesuatu setelah sebelumnya tidak punya. Dan diapun bukanlah menjadi penjaga terhadap segala miliknya dari kebinasaan dan kelenyapan, dia tak mampu untuk menjadikan miliknya tetap terus abadi. Apapun usaha seorang hamba tidak akan mampu untuk menjadikan miliknya kekal abadi, tidak akan mampu menjadikan dirinya sebagai pemilik hakiki.
Dan juga seseorang itu harus membelanjakan miliknya berdasarkan perintah pemiliknya, memperhatikan apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang. Dia membelanjakan bukan sebagai pemilik, karean Allah-lah Sang Pemilik, maka tidak boleh baginya membelanjakan titipan itu kecuali dalam hal-hal yang sesuai dengan kehendak Pemilik Yang Hakiki.
Ke dua; Bahwa kesudahan dan tempat kembali seorang hamba adalah kepada Allah Pemilik yang Haq. Dan seseorang sudah pasti akan meninggalkan dunia ini lalu menghadap Allah subhanahu wata’ala sendiri-sendiri sebagaimana ketika diciptakan pertama kali, tidak memiliki harta, tidak membawa keluarga dan anak istri. Akan tetapi manusia menghadap Allah dengan membawa amal kebaikan dan keburukan.
Jika awal mula dan kesudahan seorang hamba adalah demikian maka bagaimana dia akan berbangga-bangga dengan apa yang dia miliki atau berputus asa dari apa yang tidak dimilikinya. Maka memikirkan bagaimana awal dirinya dan bagaimana kesudahannya nanti adalah merupakan obat paling manjur untuk mengobati sakit dan kesedihan. Demikian juga dengan mengetahui secara yakin bahwa apa yang akan menimpanya pasti tidak akan meleset atau luput dan begitu juga sebaliknya.
Perlu
diketahui, bahwa Allah tidaklah membinasakan sesuatu negeri melainkan karena
penduduknya berlaku zhalim. Oleh karena itu , sebelum musibah datang Allah mengingatkan
agar orang-orang terpandang dimasyarakat melakukan sifat mungkar yang nantinya
bisa memberikan azab kepada suatu negara tersebut. Dan nantinya malah akan
merugikan dari negara tersebut.
Jadi
mulai saat ini marilah kita bersama-sama merenungkan apa yang telah kita
lakukan selama ini dan juga kita harus mengubah diri kita untuk menjalankan
semua yang diperintahkan Allah dan menjauhi semua larangannya. Dengan begitu
Allah tidak akan memberikan musibah kepada kita.
Tema :
Dzikir yang Menentramkan, Dzikir yang Banyak
Khotib :
Ibnu Syarif
Tempat :
Masjid Nurul
Iman, Untung
Suropati, Bandar Lampung
Waktu :
Jum’at, 16 November 2012
Dzikir yang menentramkan, Dzikir yang Banyak
Praktek
pembersihan diri itu dalam tasawuf disebut sebagai praktek takhliyah, yang
artinya mengosongkan, membersihkan atau mensucikan diri. Seperti halnya kita
ingin mengisi sebuah botol dengan air mineral yang bermanfaat.
Berzikir yang terus-menerus merupakan syarat
untuk mendapatkan kecintaan dari Allah yang langgeng pula. Allah yang paling
berhak untuk dicintai secara menyeluruh , diibadahi, diagungkan dan dimuliakan. Pekerjaan yang termasuk paling
bermanfaat bagi seorang hamba adalah berzikir yang banyak. Zikir bagi hati itu
laksana air bagi ladang pertanian, bahkan seperti air bagi ikan, ia takkan
hidup tanpa air.
Zikir itu bermacam-macam :
·
Berzikir dengan menyebut asma Allah dan sifat-sifat-Nya, serta
memujinya dengan menyebut asma dan sifat-Nya.
·
Tasbih ( mensucikan Allah dengan mengucapkan : Subhanallah ),
tahmid ( memuji Allah dengan mengucapkan : Al-hamdu lillah ), takbir (
mengagungkan Allah dengan mengucapkan : Allahu Akbar), Tahlil (mengucapkan la
ilaha illallah yang artinya tidak ada tuhan yang haq kecuali Allah) serta
memuliakan Allah. Ini merupakan lafal zikir yang paling banyak diucapkan oelh
kalangan orang-orang yang belakangan atau pada dewasa ini.
·
Berzikir dengan hukum-hukum Allah, perintah-perintah-Nya serta
laranganan-larangan-Nya dan ini merupakan zikir ahli ilmu. Bahkan ketiga zikir
ini merupakan zikir mereka kepada Rabb-nya.
·
Berzikir dengan firman-Nya yaitu dengan Al-Qur'an. Ini termasuk
zikir yang paling utama. Allah berfirman :
Dan barangsiapa yang berpaling dari zikir-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS. 20:124)
Yang dimaksud dengan zikir-Ku adalah kalam Allah yang telah
diturunkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yaitu al-Qur'an.
Allah berfirman :
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah.Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram. (QS. 13:28)
·
Berdzikir dengan berdo'a kepada Allah, beristighfar (mohon ampunan)
dan merendahkan diri di hadapan Allah
Kita
melakukan hal itu melalui 3 cara : al-ju’i atau lapar (membersihkan diri dari
ketundukan hawa nafsu) as-sumtu atau diam (membersihkan diri dari penyakit yan
tumbuh dari kejahatan lidah) dan Shaum.
Setelah
menempuh praktek pembersihan diri itu, para penempuh jalan tasawuf kemudian
mengamalkan praktek tahliyah yang termasuk golongan ini adalah praktek dzikir.
Dalam
islam, seluruh amal ada batas-batasannya misalnya puasa kita hanya diwajibkan
untuk menjalankannya di bulan ramadhan saja. Menurut imam ghozali, hanya ada
satu amalan yang tidak dibatasi atau bisa untuk sebanyak-banyaknya yaitu
dzikir.
Berdzikir kepada Allah harus sesuai dengan yang
telah disyari'atkan oleh Allah dan sesuai dengan yang telah diajarkan oleh
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada umatnya, bukan bid'ah seperti
yang dikerjakan oleh kaum sufi. Mereka berdzikir dengan dzikir yang dibuat-buat
dan diada-adakan. Contohnya mereka menyebut : hu… hu… yang menurut mereka
lafadz itu termasuk asma Allah. Dzikir semacam ini tidak dibenarkan sama
sekali. Begitu juga mengenai bacaan shalawat atas Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam harus sesuai dengan yang terdapat dalam sunnah seperti shalawat
Ibrahimiyyah ( yang dibaca pada tahiyyat dalam shalat ) dan lainnya yang sesuai
dengan sunnah.
Dalam amalan lain selain dzikir yang diutamakan adalah
kualitasnya, bukan kuantitasnya. Yang penting baik tidaknya amal bukan banyak
tidaknya amal itu. Khusus untuk dzikir al-qur’an memakai kata sifat dzikran
katsira bukan dzikran shaliha. Betapapun jelek kualitas dzikir kita, kita
dianjurkan untuk berdzikir sebanyak-banyaknya. Karena dzikir harus kita lakukan
sebanyak-banyaknya maka tidak ada batasan waktu untuk berdzikir.