PENGARUH KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP PERILAKU KONSUMSI
MASYARAKAT KECIL
(Topik : Tingkah Laku Konsumsi
Rumah Tangga)
Oleh :
M. Yudhi Guntara Eka Putra
1214121116
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Gejolak harga
minyak dunia sebenarnya sudah mulai terlihat sejak tahun 2000. Tiga tahun
berikutnya harga terus naik seiring dengan menurunnya kapasitas cadangan. Ada
sejumlah faktor penyebab terjadinya gejolak ini, salah satunya adalah persepsi
terhadap rendahnya kapasitas cadangan harga minyak yang ada saat ini, yang
kedua adalah naiknya permintaan (demand) dan di sisi lain terdapat kekhawatiran
atas ketidakmampuan negara-negara produsen untuk meningkatkan produksi,
sedangkan masalah tingkat utilisasi kilang di beberapa negara dan menurunnya
persediaan bensin di Amerika Serikat juga turut berpengaruh terhadap posisi
harga minyak yang terus meninggi. (Republika Online, Selasa 28 Juni 2005).
Hal ini
kemudian direspon oleh pemerintah di beberapa negara di dunia dengan menaikkan
harga BBM. Demikian juga dengan Indonesia, DPR akhirnya menyetujui rencana
pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak pada hari Selasa 27
September 2005 sebesar minimal 50%. Kebijakan kenaikan harga BBM dengan angka
yang menakjubkan ini tentu saja menimbulkan dampak yang signifikan terhadap
perekonomian sehingga kebijakan ini menimbulkan banyak protes dari berbagai
kalangan. Keputusan pemerintah menaikkan harga bensin, solar, dan minyak tanah
sejak 1 Oktober 2005 akibat kenaikan harga minyak mentah dunia hingga lebih
dari 60 Dolar AS per barel dan terbatasnya keuangan pemerintah ini direspon
oleh pasar dengan naiknya harga barang kebutuhan masyarakat yang lain. Biaya
produksi menjadi tinggi, harga barang kebutuhan masyarakat semakin mahal
sehingga daya beli masyarakat semakin menurun. Secara makro cadangan devisa
negara banyak dihabiskan oleh Pertamina untuk mengimpor minyak mentah.
Tingginya permintaan valas Pertamina ini, juga menjadi salah satu penyebab
terdepresinya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (Metrotvnews.com, 28
September 2005).
Terjadinya
hubungan timbal balik antara naiknya biaya produksi dan turunnya daya beli
masyarakat berarti memperlemah perputaran roda ekonomi secara keseluruhan di
Indonesia. Kondisi ini dapat mempengaruhi iklim investasi secara keseluruhan
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek naiknya
harga BBM tersebut disikapi oleh pelaku pasar, khususnya pelaku pasar modal
sebagai pusat perputaran dan indikator investasi.
Kontroversi
kenaikan harga minyak ini bermula dari tujuan pemerintah untuk menyeimbangkan
biaya ekonomi dari BBM dengan perekonomian global. Meskipun perekonomian
Indonesia masih terseok mengikuti perkembangan perekonomian dunia, akhirnya
kebijakan kenaikan BBM tetap dilaksanakan mulai tanggal 1 Oktober 2005.
Akibatnya, perilaku investasi di Indonesia sangat memungkinkan mengalami
perubahan. Setiap peristiwa berskala nasional apalagi yang terkait langsung
dengan permasalahan ekonomi dan bisnis menimbulkan reaksi para pelaku pasar
modal yang dapat berupa respon positif atau respon negatif tergantung pada
apakah peristiwa tersebut memberikan stimulus positif atau negatif terhadap
iklim investasi. Berdasarkan pada argumentasi di atas, maka dimungkinkan akan
terjadi reaksi negatif para pelaku pasar modal setelah pengumuman tersebut.
Tetapi jika yang terjadi sebaliknya bahwa kenaikan harga BBM ini direaksi
positif oleh pelaku pasar, maka kesimpulan sederhana dari dampak peristiwa
pengumuman tersebut adalah bahwa naiknya harga BBM memberikan stimulus positif
pada perekonomian Indonesia.
Dengan
berkembangnya kontroversi pro dan kontra terhadap kenaikan harga BBM tersebut,
penelitian ini berusaha mengetahui dampak langsung peristiwa kenaikan BBM
terhadap kondisi masyarakat kecil di Indonesia.
Berdasarkan
uraian di atas, maka penulis ingin mengulas lebih dalam lagi dengan karya tulis
yang berjudul, “Pengaruh Kenaikan BBM
Terhadap Kondisi Masyarakat Kecil”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat
perbedaan yang signifikan antara kondisi masyarakat kecil di Indonesia sebelum
dan sesudah peristiwa kenaikan harga BBM ?
2. Bagaimana
menanggulangi dampak kenaikan harga BBM pada kondisi masyarakat kecil di
Indonesia ?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan dan manfaat penulisan adalah sebagai
berikut :
1. Untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi masyarakat
kecil di Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa kenaikan harga BBM.
2. Untuk
mengetahui bagaimana menanggulangi dampak kenaikan harga BBM pada kondisi
masyarakat kecil di Indonesia.
BAB II
PENYAJIAN DATA
DAN PEMBAHASAN
2.1 Penyajian
data
Sepertinya
rakyat harus menarik napas dalam-dalam menahan impitan kenaikan harga-harga
kebutuhan pokok yang tinggi setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) per
15 Juni 2001. Kenaikan BBM ini telah menggenjot tingkat inflasi bulan Juni 2001
menjadi 1,67 persen. Dampak ini masih terasa sampai bulan Juli 2001 yang akan
memberikan sumbangan inflasi antara 0,3-1 persen. Efek domino yang ditimbulkan
pun masih menjadi pemicu kenaikan harga lainnya. Diperkirakan inflasi tahun ini
tembus dua digit. Kebijakan kenaikan harga BBM per 15 Juni 2001, menjadi pemicu
kenaikan harga-harga kebutuhan pokok lainnya. Contoh, penjual sayur-sayuran,
menaikkan harga sayur-sayurannya lantaran ongkos transpornya dan harga
sayur-sayuran dari petani sayur sudah naik. Begitu juga, penyedia jasa
angkutan, secara serentak menaikkan ongkos transpor lantaran BBM yang digunakan
sehari-harinya naik, bahkan kenaikannya melebihi dari kenaikan BBM itu sendiri.
Penjual pakaian
di pasar-pasar juga ikut menaikkan harga dagangannya dengan alasan harga
pakaian dari industri pakaiannya sudah naik. Tak kalah serunya industri pakaian
ini juga secara otomatis menaikkan harga produknya karena biaya produksi naik
lantaran ada sebagian kegiatan produksinya menggunakan BBM dalam jumlah besar.
Belum lagi nanti kalau tarif listrik naik lantaran PLN dalam memproduksi
listriknya juga menggunakan sebagian BBM.
Seluruh
fenomena ini merupakan salah satu contoh akibat “air bah” pemicu inflasi yang
merupakan multiplier effect dari kenaikan BBM, karena BBM merupakan salah satu
komponen strategis dalam menggerakkan roda ekonomi seluruh aktivitas
perekonomian di negara ini.
Pada awalnya
pengurangan subsidi BBM ini dimaksudkan untuk menciptakan keadilan dalam
pemberian subsidi untuk seluruh lapisan masyarakat karena selama ini pemberian
subsidi BBM hanya menguntungkan masyarakat lapisan ekonomi kuat. Tetapi, pada
akhirnya akibat kebijakan pengurangan subsidi BBM tersebut, yang menanggung
kenaikan harga BBM adalah masyarakat lapisan bawah. Program kompensasi yang dijanjikan
pemerintah untuk membantu masyarakat ekonomi lemah akibat kenaikan BBM yang
dimulai sejak bulan April 2000 tidak mengenai sasaran pada masyarakat yang
membutuhkan. Bahkan program ini telah dilansir media massa hanya merupakan
proyek bagi-bagi uang yang tidak sampai ke sasarannya. Kurangnya perencanaan
dan pengawasan penyaluran dana kompensasi merupakan salah satu penyebab tidak
berhasilnya program tersebut.
Pemerintah
selama tahun 2000 – 2001 telah menaikkan harga BBM sampai tiga kali. Kenaikan
harga BBM terakhir terjadi pada tanggal 15 Juni 2001, seperti kenaikan harga
premium dari harga Rp 1.150/liter di bulan April 2000 menjadi Rp 1.450/liter di
bulan Juni (naik 26,1 persen), harga solar dari Rp 600/liter menjadi Rp
900/liter (naik 50 persen), harga minyak tanah dari Rp 350/liter menjadi Rp
400/ liter (naik 14,29 persen), minyak diesel dari Rp 550/liter menjadi Rp
1.200/liter (naik 118,18 persen), dan minyak bakar dari Rp 400/liter menjadi Rp
900/liter (naik 125 persen).
Kenaikan BBM
tersebut cukup memberatkan masyarakat lapisan bawah karena dapat menimbulkan
multiplier effect, mendorong kenaikan harga jenis barang lainnya yang dalam
proses produksi maupun distribusinya menggunakan BBM.
Contoh dampak
kenaikan harga BBM pada bulan April 1998 tersebut terhadap inflasi masih terasa
sampai bulan Juli 1998 dengan rata-rata inflasi setiap bulannya sebesar 6,77
persen.
Inflasi bulan
Mei 1998 mencapai 5,24 persen dan pada bulan tersebut seluruh kelompok
pengeluaran konsumsi mengalami kenaikan indeks. Kelompok pengeluaran bahan
makanan mengalami kenaikan indeks sebesar 3,90 persen; kelompok pengeluaran
makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 4,00 persen; kelompok pengeluaran
perumahan 4,14 persen; kelompok pengeluaran sandang 4,53 persen; kelompok
pengeluaran kesehatan 2,40 persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga
1,41 persen; dan kelompok pengeluaran transportasi dan komunikasi 17,25 persen.
Tekanan inflasi
masih dirasakan di bulan Juni 1998, mencapai angka 4,64 persen, dan pada bulan
tersebut seluruh kelompok pengeluaran konsumsi juga mengalami kenaikan indeks.
Hal ini masih terjadi pula pada tingkat inflasi bulan Juli, yaitu sebesar 8,56
persen.
Angka inflasi
sebesar 8,56 persen merupakan angka inflasi yang sangat tinggi karena angka
inflasi satu persen saja sudah merupakan cerminan dari gelombang “air bah” dari
kenaikan beberapa jenis barang yang hampir terjadi di seluruh kota yang
dihitung angka inflasinya.
Berdasarkan
pola kenaikan jenis barang selama ini, angka inflasi satu persen saja biasanya
berasal dari kenaikan harga lebih dari 15 jenis barang yang terjadi serentak di
hampir seluruh kota sampel penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK).
Jenis barang
yang sering mengalami fluktuasi harga biasanya berasal dari kelompok bahan
makanan seperti beras, daging ayam ras, ikan segar, telur, tomat sayur, minyak
goreng, dan cabai rawit. Ditambah juga dari kelompok makanan jadi, minuman,
rokok, dan tembakau seperti rokok, mi kering instan, nasi lauk, ayam goreng,
kue kering, dan berbagai jenis minuman. Semua itu biasanya ikut mewarnai angka
inflasi sebesar satu persen di samping kelompok jenis barang lainnya.
2.2 Pembahasan
2.2.1 Dampak
kenaikan BBM terhadap masyarakat kecil
Bahan Bakar
Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam semua
aktifitas ekonomi. Dampak langsung perubahan harga minyak ini adalah
perubahan-perubahan biaya operasional yang mengakibatkan tingkat keuntungan
kegiatan investasi langsung terkoreksi. Secara sederhana tujuan investasi
adalah untuk maksimisasi kemakmuran melalui maksimisasi keuntungan, dan
investor selalu berusaha mananamkan dana pada investasi portofolio yang efisien
dan relatif aman.
Kenaikan harga
BBM bukan saja memperbesar beban masyarakat kecil pada umumnya tetapi juga bagi
dunia usaha pada khususnya. Hal ini dikarenakan terjadi kenaikan pada pos-pos
biaya produksi sehingga meningkatkan biaya secara keseluruhan dan mengakibatkan
kenaikan harga pokok produksi yang akhirnya akan menaikkan harga jual produk.
Multiple efek dari kenaikan BBM ini antara lain meningkatkan biaya overhead
pabrik karena naiknya biaya bahan baku, ongkos angkut ditambah pula tuntutan
dari karyawan untuk menaikkan upah yang pada akhirnya keuntungan perusahaan
menjadi semakin kecil. Di lain pihak dengan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak
tersebut akan memperberat beban hidup masyarakat yang pada akhirnya akan
menurunkan daya beli masyarakat secara keseluruhan. Turunnya daya beli
masyarakat mengakibatkan tidak terserapnya semua hasil produksi banyak
perusahaan sehingga secara keseluruhan akan menurunkan penjualan yang pada
akhirnya juga akan menurunkan laba perusahaan. Kontroversi
kenaikan harga minyak ini bermula dari tujuan pemerintah untuk menyeimbangkan
biaya ekonomi dari BBM dengan perekonomian global. Meskipun perekonomian
Indonesia masih terseok mengikuti perkembangan perekonomian dunia, akhirnya kebijakan kenaikan BBM tetap dilaksanakan mulai tanggal 1
Oktober 2005. Akibatnya, perilaku investasi di Indonesia sangat memungkinkan
mengalami perubahan. Setiap peristiwa berskala nasional apalagi yang terkait
langsung dengan permasalahan ekonomi dan bisnis menimbulkan reaksi para pelaku
pasar yang dapat berupa respon positif atau respon negatif tergantung pada
apakah peristiwa tersebut memberikan stimulus positif atau negatif teradap
iklim investasi. Berdasarkan pada argumentasi di atas, maka dimungkinkan akan
terjadi reaksi negatif para pelaku pasar modal setelah pengumuman tersebut.
Tetapi jika yang terjadi sebaliknya bahwa kenaikan harga BBM ini direaksi
positif oleh pelaku pasar, maka kesimpulan sederhana dari dampak
peristiwa pengumuman tersebut adalah bahwa naiknya harga BBM memberikan
stimulus positif pada perekonomian Indonesia.
Dengan berkembangnya
kontroversi pro dan kontra terhadap kenaikan harga BBM tersebut, penelitian ini
berusaha mengetahui dampak langsung peristiwa kenaikan
BBM terhadap aktifitas perdagangan saham pada pasar
modal Indonesia. Dengan penelitian ini diharapkan dapat diketahui reaksi atau
respon dan perilaku pelaku pasar modal terhadap sebuah peristiwa ekonomi dan
dampaknya terhadap iklim investasi secara keseluruhan di Indonesia. Dengan
mengetahui perilaku para pelaku pasar modal akan dapat diramalkan tanggapan dan
reaksi pasar terhadap suatu peristiwa ekonomi dan bisnis di masa yang akan
datang.
Pada hakekatnya
investor dalam melakukan investasi akan berusaha menanamkan modalnya pada saham
perusahaan yang mampu memberikan return atau keuntungan yang bisa
berupa dividen dan atau capital gain. Dengan return ini
akan tercapai tujuan pokok dari investasi yaitu maksimisasi kemakmuran dengan
peningkatan kekayaan. Oleh karena itu, perusahaan selalu berusaha memberikan
informasi atau sinyal tingkat pengembalian sebagaimana yang diharapkan investor
(return saham) yang berupa capital gain dan dividen tersebut.
Perusahaan selalu berusaha menjadikan sahamnya menjadi menarik bagi investor
dengan berbagai kebijakan teknis maupun politis.
Tujuan investor
dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor
risiko investasi yang harus dicapainya. Return merupakan salah satu
faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan keberanian
investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Berbagai peristiwa
ataupun kebijakan yang dilakukan pemerintah mempunyai dampak terhadap perekonomian dan iklim investasi, jika
peristiwa-peristiwa tersebut mengakibatkan perubahan return saham.
Jika suatu peristiwa mengakibatkan meningkatnya return saham, berarti
peristiwa tersebut direspon positif oleh para pelaku ekonomi atau pelaku pasar,
sehingga suatu kebijakan pemerintah menjadi efektif
manakala kebijakan tersebut direspon positif oleh
investor. Sebaliknya kebijakan tersebut menjadi tidak
efektif jika kebijakan tersebut direspon negatif oleh
investor.
Dengan dasar
penelitian-penelitian tersebut, penelitian ini dapat disebut sebagai event
study replication untuk mendeteksi reaksi pasar dengan menganalisis
aktivitas perdagangan saham di sekitar peristiwa
pengumuman berlakunya kenaikan harga BBM. Penggunaan return saham dan
volume perdagangan saham untuk mengetahui perilaku
investor karena return dan volume perdagangan
saham relatif lebih sensitif untuk mendeteksi reaksi atau perilaku investor
terhadap adanya peristiwa. Return saham menunjukkan keuntungan riil
dari sebuah investasi saham dan volume perdagangan saham
merupakan aktifitas atau perilaku riil yang dilakukan investor sebagai respon
adanya suatu peristiwa.
Walaupun dampak
kenaikan harga BBM tersebut sulit dihitung dalam gerakan kenaikan inflasi,
tetapi dapat dirasakan dampak psikologisnya yang relatif kuat. Dampak ini dapat
menimbulkan suatu ekspektasi inflasi dari masyarakat yang dapat mempengaruhi
kenaikan harga berbagai jenis barang/jasa. Ekspektasi inflasi ini muncul karena
pelaku pasar terutama pedagang eceran ikut terpengaruh dengan kenaikan harga
BBM dengan cara menaikkan harga barang-barang dagangannya. Dan biasanya
kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok masyarakat terjadi ketika isu
kenaikan harga BBM mulai terdengar.
Perilaku
kenaikan harga barang-barang kebutuhan masyarakat setelah terjadi kenaikan
harga beberapa jenis BBM seperti premium di SPBU, solar, dan minyak tanah dari
waktu ke waktu relatif sama. Misalnya, dengan naiknya premium sebagai bahan
bakar transportasi akan menyebabkan naiknya tarif angkutan. Dengan kenaikan
tarif angkutan tersebut maka akan mendorong kenaikan harga barang-barang yang
banyak menggunakan jasa transportasi tersebut dalam distribusi barangnya ke
pasar. Demikian pula dengan harga solar yang mengalami kenaikan juga akan
menyebabkan kenaikan harga barang/jasa yang dalam proses produksinya
menggunakan solar sebagai sumber energinya.
Begitu
seterusnya, kenaikan harga BBM terus mendongkrak biaya produksi dan operasional
seluruh jenis barang yang menggunakan BBM sebagai salah satu input produksinya
yang pada akhirnya beban produksi tersebut dialihkan ke harga produk yang dihasilkannya.
Kenaikan harga beberapa jenis BBM ini akan menyebabkan kenaikan harga di
berbagai level harga, seperti harga barang di tingkat produsen,
distributor/pedagang besar sampai pada akhirnya di tingkat pedagang eceran.
Gerakan kenaikan harga dari satu level harga ke level harga berikutnya dalam
suatu saluran perdagangan (distribution channel) adakalanya memerlukan waktu.
Tetapi, yang jelas muara dari akibat kenaikan harga BBM ini adalah konsumen
akhir adalah berasal dari kebanyakan masyarakat ekonomi lemah yang membutuhkan
barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari dengan membeli barang-barang
kebutuhannya sebagian besar dari pedagang eceran. Dan biasanya kenaikan harga
di tingkat eceran (retail price) ini lebih besar dibandingkan dengan
kenaikan harga di tingkat harga produsen (producer price) maupun di
tingkat pedagang besar.
2.2.2
Pemecahan Masalah
1. Dari sisi pelanggan
Daya beli pasti
turun. Tapi ini sejenak, mungkin cuma 2 bulan. Karena pelanggan Indonesia tidak
tahan untuk tidak membeli. Yang pasti terjadi pergeseran sementara, mungkin
pelanggan kelas menengah mencari produk lebih murah namun kualitas masih bagus,
tetapi pelanggan kelas bawah mencari yang paling murah. Pelanggan kelas atas
yang tidak terpengaruh.
Pelanggan
sedang sensitif harga, jadi maunya harga diskon terus. Jangan kaget, sebentar
lagi banyak Promo “Harga Diskon”, “Beli 2 Gratis 1”, “Cuci Gudang”, “Harga
Tidak Naik”. Psikologisnya selalu ingin mendapatkan harga termurah. Makanya
biasanya banyak yang membuang barang lama dengan event diskon. Atau melabel
dengan harga baru lalu di-diskon.
Pelanggan tetap
maunya barang bagus, desain OK, model terbaru, tetapi harga maunya murah. Nah,
produsen biasanya pandai mensiasasti situasi ini. Kita sebagai pedagang eceran,
pasti masih punya peluang besar mendapatkan model-model terbaru dengan harga
terjangkau.
Tidak ada toko
yang tidak menaikkan harga, sehingga pelanggan pasti akan mendapatkan harga
naik pada semua pedagang eceran. Artinya, potensi pelanggan pindah toko juga
kecil. Jadi jangan takut kehilangan pelanggan. Membuat hati pelanggan lebih
nyaman membeli dari kita lebih penting saat ini.
Saatnya
menambah produk yang terjangkau. Ini hanya sebagai pancingan saja, supaya
pelanggan merasa dapat membeli produk di toko kita. Padahal setelah melihat
produk murah, biasanya tidak puas dengan kualitas produknya, ujung-ujungnya
masih ingin beli yang agak mahal tapi bagus.
Yang kasihan
adalah pelanggan yang memang benar-benar tidak mampu beli. Namun biasanya masih
tetap ada peluang beli dengan terpaksa, yaitu pas lebaran. Untuk itu, penjual
wajib menyediakan barang-barang lama atau yang tidak laku dengan harga super
murah.
2. Dari sisi
produsen
Dari sisi
produsen, yang pasti produksi tidak mungkin tutup. Produsen otomatis juga tidak
langsung menaikkan harga, apalagi mempunyai stok lama bahan produksi. Produsen
juga takut menaikkan harga, takut produksinya tidak terserap pasar. Jadi tidak
mungkin semena-mena menaikkan harga.
Produsen pasti
makin kreatif, mencoba memberikan nilai tambah produk dari aspek yang tidak
menjadikan harga naik, seperti aspek desain, model dan aplikasi yang menarik.
Karena mereka tahu, sebisa mungkin masih harus menyajikan produk yang
terjangkau.
Produsen juga
hati-hati dalam mengkomunikasikan harga ke pengecer. Produsen juga ingin
membangun pengertian bersama, bahwa produsen dan pengecer harus bisa saling
memahami dampak kenaikan harga.
Demikian juga
pedagang bahan produksi, selama harga pabrik tidak naik, harga bahan juga
cenderung tetap. Kalaupun naik pasti perlahan dan bertahap. Sektor hulu
cenderung menaikkan harga bertahap.
3. Dari sisi makro
Dampak kenaikan
harga BBM adalah berantai. Semua kena dampaknya. Kenaikan harga terjadi di
semua komoditas. Namun semua juga sedang menuju keseimbangan baru. Karena pada
dasarkan ekonomi tidak akan berhenti. Inflasi juga pasti terjadi. Semua hanya
ganti harga saja, namun akan ada shock, dan butuh waktu untuk pulih.
Namun ada
sedikit penggembira, jika naik bulan Juni, pedagang bisa agak sedikit tidak perlu
khawatir, karena bulan Juli - Desember adalah bulan belanja pemerintah.
Artinya, ekonomi sudah pasti berjalan. Ingat, pertumbuhan ekonomi kita sangat
tergantung dari belanja pemerintah.
Pedagang wajib
bertahan sampai event LEBARAN (bulan Oktober), karena disini tidak ada lagi
pengaruh kenaikan harga BBM, semua pasti terlena dengan event belanja lebaran.
Kenaikan harga
BBM bukanlah Lonceng Kematian, hukumnya wajib masyarakat kecil harus bertahan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kenaikan harga
BBM selalu disertai dengan kenaikan harga-harga kebutuhan yang lain, karena BBM
merupakan faktor bahan baku yang utama bagi sektor industri. Sehingga dampak
kenaikan harga BBM pasti akan sangat dirasakan oleh masyarakat luas, khususnya
masyarakat kecil.
Untuk
menyiasati kenaikan harga BBM bagi para produsen adalah dengan cara makin
kreatif, mencoba memberikan nilai tambah produk dari aspek yang tidak
menjadikan harga naik, seperti aspek desain, model dan aplikasi yang menarik.
Hal ini perlu dilakukan agar harga produk tidak ikut naik terlalu tinggi.
3.2 Saran
Diharapkan agar
pemerintah pada saat-saat selanjutnya dapat menjadikan kenaikan harga BBM
sebagai alternatif terakhir untuk menghemat anggaran belanja negara. Karena
dampak yang ditimbulkannya akan sangat luas.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyono, Rubrik Pembaca Menulis,
Kompas Cybermedia, 20 April 2001.
Majalah Trend Data. Edisi Mei 2002.
Arya Yoga, Dampak Kenaikan Harga BBM.
2008. http://reincarbonated.multiply.com
Jawa Pos Online, 30 Januari 2002. Mensiasati
Dampak Kenaikan BBM Bagi Pengusaha Kecil.
Anonim.http://gudangmakalah.blogspot.com/2009/06/makalah-pengaruh-kenaikan-bbm-terhadap.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar